Senin, 24 Agustus 2015

Ibu...never give up

Yesterday... 23 Agt'15...
senantiasa luangkan waktu bersama kidos...nonton, makan,berenang,jalan-jalan aja...pokoknya ber 3... kemarin kuajak mereka berjumpa temen kerja masa itu... 4 th yl tak berjumpa... selama menunggu keluar. celetuk kenji..."Bu, never give up itu apa"... setelah kujawab dy bersenandung dengan lirik. never give up karangannya sendiri... Malam sambil menunggu bakmi jowo di dalam mobil,kenji memeluk dari belakang dan menciumiku...sambil berkata "ibu, never give up,ya" tercekat sudah tenggorokanku...I love u sons
zavier...senantiasa mencerahkan hati
senantiasa ditemani orang tua dan adik2ku...membuatku senantiasa tegar.. walao bosan terus melanda...

bareng andi...biasanya yg siap. anter kmn-mana


Waktu Terus Bergulir
Oleh: Rochma Yulika


Waktu kan terus bergulir.
Lisan senantiasa kan berdzikir.
Tangan kan terus mengukir.
Otak kan terus berpikir.
Dan perjalanan manusia tak lain kan menuju hari akhir.

Ustadz Hasan Al Banna menasihati kita, "Waktu adalah kehidupan, menyia-nyiakan waktu berarti menyia-nyiakan kehidupan."
Manusia itu seperti pensil.
Setiap saat ia dimakan oleh rautan umur agar dapat menulis dengan ketajaman hikmah.
Hingga tiba saatnya pensil itu habis, dan hanya tersisa tulisan amalnya yang ada.

Waktu kita sangatlah sedikit.
Di dunia yang sangat sempit.
Waktu hidup kita sangatlah singkat.
Maka hati-hatilah dari berbuat maksiat.
Usia kita tak bisa terukur. Tak pernah tau kapan saatnya tersungkur di dalam kubur.
Dan bila telah tiba masa.
Sampailah kita di alam baka.

Bukan harta benda yang kita bawa.
Amal dan kebaikan yang kan temani perjalanan kita.
Namun hanya amal kebaikan yang bisa turut serta.

Jauhkan hati dari cinta dunia yang fana.
Tuk bersegera dekatkan diri dengan kebersamaan dengan-Nya.

Tetap semangat meski perjalanan ini terasa berat.
Semoga kelak bernilai di akhirat.
Aamiin Ya Rabbal 'alamin


Divisi Tarqiyah Imaniyah PSDM ODOJ







Jumat, 07 Agustus 2015

Anakk-anakku... semoga kau menjadi anak2 yg soleh

Postingan penuh makna hari ini tentang kita,anak2ku... Aku tak ingin kita saling merugikan dan menyalahkan di masa nanti... karena aku sangat menyayangimu

maknyus kan...nasi gudeg koyor waktu di solo...libur lebaran kmrn

nggak. mau kalah nii si adek...walau pake bubur n blm doyan pedes ngikuut aja yg kakak makan

sudah akil balik kamu cah bagus anak ibu yang soleh...

mas ale... umur setahun blm ada...segede gaban...

kenji niiii...sekarang kalo dipoto suka nya ditengah2in matanya... keahlian baru...kyk ibu' katanya... Anak soleh ibu' yang semakin cerdas saja....

kenji. kecil yg masih suka in action kalo dipoto...

si little kenji yang gak little...


Alhamdulillah... anak2ku senantiasa mengaji di sore hari...walau sekarang seminggu hanya 2x memanggil guru ngaji ke rumah... Ale tetap mengaji sendiri setelah magrib, Kenji sesekali membaca buku2 agamanya dan juzama... semoga itu bisa menjadi bekalmu hingga akhir hanyat nanti ya,nak... aamiin




CINTAI ANAKMU UNTUK SELAMANYA
(Mohammad Fauzil Adhim)

Pada saatnya anak-anak akan pergi, meninggalkan kita, sepi ...

Mereka bertebaran di muka bumi untuk melaksanakan tugas hidupnya; berpencar, berjauhan.

Sebagian di antara mereka mungkin ada yang memilih untuk berkarya dan tinggal di dekat kita agar berkhidmat kepada kita.

Mereka merelakan terlepasnya sebagian kesempatan untuk meraih dunia karena ingin meraih kemuliaan akhirat dengan menemani dan melayani kita.

Tetapi pada saatnya, kita pun akan pergi meninggalkan mereka.

Entah kapan.

Pergi dan tak pernah kembali lagi ke dunia ini ....

Sebagian di antara kematian adalah perpisahan yang sesungguhnya; berpisah dan tak pernah lagi berkumpul dalam kemesraan penuh cinta.

Orangtua dan anak hanya berjumpa di hadapan Mahkamah Allah Ta'ala, saling menjadi musuh satu sama lain, saling menjatuhkan.

Anak-anak yang terjungkal ke dalam neraka itu tak mau menerima dirinya tercampakkan sehingga menuntut tanggung-jawab orangtua yang telah mengabaikan kewajibannya mengajarkan agama.

Adakah itu termasuk kita?

Alangkah besar kerugian di hari itu jika anak dan orangtua saling menuntut di hadapan Mahkamah Allah Ta'ala.

Inilah hari ketika kita tak dapat membela pengacara, dan para pengacara tak dapat membela diri mereka sendiri.

Lalu apakah yang sudah kita persiapkan untuk mengantarkan anak-anak pulang ke kampung akhirat ?

Dan dunia ini adalah ladangnya ...
Sebagian di antara kematian itu adalah perpisahan sesaat; amat panjang masa itu kita rasakan di dunia, tapi amat pendek bagi yang mati.

Mereka berpisah untuk kemudian dikumpulkan kembali oleh Allah Jalla wa 'Ala.

Tingkatan amal mereka boleh jadi tak sebanding.
Tapi Allah Ta'ala saling susulkan di antara mereka kepada yang amalnya lebih tinggi.

Allah Ta'ala berfirman:
"والذين آمنوا واتبعتهم ذريتهم بإيمان ألحقنا بهم ذريتهم وما ألتناهم من عملهم من شيء كل امرئ بما كسب رهين"

"Dan orang-orang yang beriman dan yang anak cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan, Kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka, dan Kami tiada mengurangi sedikit pun dari pahala amal mereka. Tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang dikerjakannya."
(QS. Ath-Thuur, 52: 21).

Diam-diam bertanya, adakah kita termasuk yang demikian ini ?
Saling disusulkan kepada yang amalnya lebih tinggi.
Termasuk kitakah ?
Adakah kita benar-benar mencintai anak kita ?

Kita usap anak-anak kita saat mereka sakit.
Kita tangisi mereka saat terluka.
Tapi adakah kita juga khawatiri nasib mereka di akhirat ?
Kita bersibuk menyiapkan masa depan mereka.
Bila perlu sampai letih badan kita.
Tapi adakah kita berlaku sama untuk "masa depan" mereka yang sesungguhnya di kampung akhirat ?

Tengoklah sejenak anakmu.
Tataplah wajahnya. Adakah engkau relakan wajahnya tersulut api nereka hingga melepuh kulitnya ?

Ingatlah sejenak ketika engkau merasa risau melihat mereka bertengkar dengan saudaranya.

Adakah engkau bayangkan ia bertengkar denganmu di hadapan Mahkamah Allah Ta'ala karena lalai menanamkan tauhid dalam dirinya ?

Ada hari yang pasti ketika tak ada pilihan untuk kembali.

Adakah ketika itu kita saling disusulkan ke dalam surga atau saling bertikai ?

"Maka, cintai anakmu untuk selamanya !"

Bukan hanya untuk hidupnya di dunia.
Cintai mereka sepenuh hati untuk suatu masa ketika tak ada sedikit pun pertolongan yang dapat kita harap kecuali pertolongan Allah Ta'ala.

Cintai mereka dengan pengharapan agar tak sekedar bersama saat dunia, lebih dari itu dapat berkumpul bersama di surga.

Cintai mereka seraya berusaha mengantarkan mereka meraih kejayaan, bukan hanya untuk kariernya di dunia yang sesaat.

Lebih dari itu untuk kejayaannya di masa yang jauh lebih panjang.

Masa yang tak bertepi ...